About Me

Foto saya
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Assalamu'alaikum.. salam kenal, namaku Astrie Damayanti. Mahasiswi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang. Silahkan menikmati cerita yang kubagi...

Senin, 03 Oktober 2011

roleplay aneh

Suara tangis memenuhi ruang kamar ratu yang kini terlihat lelah penuh keringat sehabis persalinan. Ia hanya ditemani dayang souhwa, dayang kepercayaan ratu karena sang raja tak bisa menemani. Raja harus ikut berperang dalam mempertahankan wilayah selatan yang hampir saja jebol oleh kerajaan sebelah yang ingin memperluas kekuasaanya. Raut wajahnya yang cantik tersenyum lega setelah melalui masa sulitnya melahirkan seorang bayi. Sang ratu terasa hidupnya telah sempurna dengan melahirkan seorang bayi yang nantinya dapat memberikan nuansa indah dalam keluarga besar, kerajaan. Bayi tersebut baru lahir sehat dengan berat 3300 gram, dan panjang badan 50 cm berhasil di lahirkan dengan selamat ditolong bidan Ny. Deokman. 
Bidan : “Yang mulia, saya ucapkan selamat telah melahirkan seorang putri yang cantik jelita.”
Ratu : “perempuan bu bidan?”
Bidan : “iya yang mulia”
Bidan Deokman meletakkan sang putri di dekat ratu. Melihat wajah putri yang cantik menarik senyum sang ratu. Bidan Deokman ikut senang. Ia memastikan keadaan ratu dan putri baik – baik saja. Bidan Deokman telah merapihkan semua alat – alatnya. Ia pun meminta permisi.
Bidan: “baiklah ratu saya permisi”
Ratu : “silahkan bu bidan. Souhwa, kemarilah. Tolong kunci kamar ini, jangan biarkan seorangpun masuk kecuali permaisuri.”
Dayang : “Ya, yang mulia” (menutup pintu dan kembali ) “Yang mulia ratu, ada hal apa sehingga ratu tidak menginginkan seorangpun untuk mengetahui keadaan ratu?”
Ratu : “souhwa, kau adalah dayang kepercayaanku, tolong rahasiakan mengenai identitas putriku ini. Kau tahu  ramalan perbatuan para tetua  kerajaan, bahwa raja dan ratu harus melahirkan seorang pangeran. Jika tidak, kerajaan akan runtuh, dan benteng pendem akan semakin mendem. Kumohon souhwa, tolong bawa bayi ini keluar dari kerajaan.”
Souhwa: “tapi yang mulia saya takut. Lagi pula Putri tidak bersalah. Yang mulia jangan berkata seperti itu. Maafkan saya, tapi kali ini saya tidak dapat melaksanakan titah yang mulia.”
Ratu :”ku mohon souhwa….pergilah yang jauh, jauh dari istana hingga tak seorangpun dapat melihat kalian. Kumohon souhwa, pergilah sekarang juga. Ini demi putri.”
Setelah itu, dengan penuh keterpaksaan dan penuh kehati-hatian, souhwa berlari keluar membawa sang putri dalam pelukannya. Ia berlari ke arah barat menuju negri antah berantah. setelah itu, souhwa terhenti oleh seseorang. Souhwa pun semakin ketakutan..
  Babak 2
Melihat dayang souhwa keluar dengan gerak gerik yang mencurigakan. Pengawal kamar ratu melapor kepada permaisuri.  Dengan langkah tergesa – gesa permaisuri  memasuki kamar ratu. Permaisuri mendapati ratu yang lemah dengan tangisannya yang mengiris hati.
Permaisuri : “putriku, ada apa sehingga kau menangis seperti ini? Apa kau merasa sakit?  Lantas, mana putramu? Ibu ingin melihatnya, pastilah ia sangat tampan seperti ayahandanya bukan? ”
Tangis ratu pun semakin menjadi. Ia hanya bisa menangis sambil menggelengkan kepala dihadapan permaisuri. Merasa putrinya dalam kondisi yang tidak baik, permaisuri berhenti menghujankan pertanyaan kepada ratu, ia lantas memeluk ratu. Seketika itu juga, permaisuri menyadari bahwa ratu benar-benar dalam keadaan yang tidak baik. Sekujur tubuhnya panas dan ia berkeringat.
Permaisuri : (sambil menidurkan ratu). ”Ada cobaan apalagi ini, Ya Allah.
Kemudian permaisuri memanggil dayang kepercayaannya.
Permaisuri: ” Dayang Chang!”
dayang 2 : ”ada apa yang mulia memanggil saya?”
Permaisuri :”aku minta tolong padamu, pergilah ke kamar ratu. Rawatlah ia disana, tapi jangan sampai ada yang tahu tentang keadaan ratu. Camkan itu, jangan sampai ada yang tahu.”
Dayang 2:”kalau saya boleh tahu, ada apa dengan ratu yang mulia? Bukankah ia baru saja melahirkan? Seluruh isatana ramai memprbincangkan hal tersebut. Mereka ingin tahu apakah ratu melahirkan seorang pangeran atau putri?”
Permaisuri: ”Pelankan suaramu dayang chang! Tidak usah banyak bicara apalagi  bertanya. Jagalah ratu disini saya akan ke balai agung segera.”
Dayang 2 : ”Maafkan saya yang lancang. Saya akan mematuhi perintah permaisuri.”
            Kemudian permaisuri segera pergi ke balai agung untuk menemui penasihat untuk berdiskusi tentang keadaan ratu. Diruang yang berbeda selir Chun Meyoung bersama dengan peramal istana mendengar kabar yang benar membuat mata selir Chun Myeong berbinar. Ia tersenyum penuh tak tik yang tersimpan dalam pikirannya.
Selir     : ”Benarkah itu, Peramal Yhoon?”
Peramal : ”Benar yang mulia. Sesuai perintah yang mulia, saya mengutus seseorang tuk berada di sekitar kamar ratu untuk memastikan bayi yang dilahirkan sang ratu. Tapi Yang Mulia ada sesuatu yang aneh, kamar ratu tertutup rapat dan ia mengatakan bahwa ada seorang pengawal yang keluar dari kamar ratu membawa sesuatu.”
Selir     : ”Sesuatu katamu? (Selir terdiam sejenak). Peramal, aku ingin melihat ratu sekarang.”
Peramal: ”Baik yang Mulia.”
Mereka melangkah cepat menuju kamar yang mulia ratu. Selir Chun Myeong memasuki kamar ratu dengan mudahnya karena ia telah menjagakan kamar ratu dengan pengawal suruhannya. Selir Chun Myeong memberi hormat pada yang mulia ratu.
Selir     : ”yang Mulia, saya datang kemari untuk memberi selamat kepada yang mulia atas kelahiran seorang putri yang sangat cantik.”
Sang ratu yang kaget melihat kedatangan selir dan ketahuan selir tentang bayi yang 8 jam ia lahirkan telah sampai di telinga selir chun myeong. Ratu terbangun dari tidurnya. Ia berusaha menyandarkan tubuhnya di tempat tidurnya dengan dibantu oleh dayang yang berada di sampingnya.
Ratu   : ”apakah kau begitu senang pada kelahiran putri atau kau senang untuk dapat segera menyingkirkanku dan dapat menggantikanku sebagai ratu? Putri sekarang baik – baik saja dan berada di tempat yang aman. Kau tak mungkin bisa membawa bukti yang nyata untuk meruntuhkan ramalanmu yang tak bermutu tuk menghancurkan istana.”
Selir     : ”yang mulia ratu tidak baik untuk berburuksangka padaku. Aku hanya ingin melihat keadaan ratu apakah baik – baik saja dan mengucapkan selamat pada yang mulia ratu.
Ratu    : ”aku sangat bahagia jika kau tak mengucapkannya. Keluarlah...” nada ratu melemah.
Selir     : ” baik yang mulia. Hanya saja nantinya semua orang akan tahu keadaan putri.
Babak 3
Pagi yang begitu tak bersahabat untuk ratu dengan suasana yang tak ia inginkan. Seluruh kerajaan menanyakan keberadaan bayi yang ia lahirkan semalam. Benar seorang pangeran ataukah putri. Keluarga kerajaan telah termakan oleh ucapan peramal yang mengibarkan issu bahwa nantinya akan terjadi bencana besar jika ratu melahirkan seorang bayi perempuan. Ratu yang masih lemah dengan kondisinya. Ia khawatir dengan keadaan putri yang dibawa oleh dayang souhwa.
Dibalai istana mereka kembali berdebat masalah ratu.
Peramal : ”Dalam perhitungan perbatuanku, semua yang ditakutkan telah terjadi. Dilihat dari kacamata hitamku untuk menerawang kejadian semalam. Yang mulia ratu telah melahirkan bayi perempuan, yaitu seorang putri.”
Permaisuri yang tak sependapat dengan pernyataan peramal yang telah dipercayai para tetua tentang kebenarannya meramal langsung ia sanggah.
Permaisuri : ”itu tidak benar. Tidak ada bukti.”
Selir     : ”Dayang Souhwa masuklah.”
Dayang souhwa masuk membawa bayi perempuan. Ia ketakutan setengah mati.
Selir     : ”Dayang Souhwa benarkah ini anak yang mulia ratu”
Dayang souhwa tak berkata apapun. Ia begitu ketakutan. Banyak bukti yang tak dapat dielakkan. Ia hanya bisa menangis sambil meminta ampun pada yang mulia ratu.
Peramal : ”yang mulia ratu harus diasingkan dengan sang putri tak ada cara lain untuk menghindari bencana yang nantinya akan menimpa kerajaan ini. Yang mulia harus mengurus kebutuhan dirinya dan sang putri sendiri tanpa bantuan dari pihak istana.”
Permaisuri tak dapat berkata apapun. Ia segera mengajak souhwa dan sang putri bertemu dengan yang mulia ratu. Yang mulia ratu yang masih terbaring di tempat tidur langsung menangis melihat dayang souhwa yang tak berdaya bersama putrinya. Ia segera memeluk putrinya. Hukuman tak bisa ia elakkan. Ia berbenah ke tempat yang diasingkan, pulau jeuju.
Satu hari sudah ratu berada di pulau jeuju ditemani dayang souhwa yang tak ingin meninggalkan ratu sendirian. Ratu nampak pucat, ia terlihat begitu pucat. Walau dayang souhwa membantu sedikit pekerjaan ratu sebagai ibu. Namun ratu merasakan kelelahan yang begitu berat. Ia melakukan segala kebutuhan putrinya sendiri. Sedangkan di istana selir telah naik tahta menjadi ratu. Ia begitu puas dengan apa yang ia capai dengan perbuatannya.
Bidan deokman hari ini segera bergegas ke istana untuk melihat keadaan yang mulia ratu dan akan memberikan imunisasi dan suntik hepatitis B.  Bidan deokman belum mendengar keadaan yang mulia ratu karena kemarin bidan deokman harus menangani persalinan di kerajaan utara.
Bidan: ”Yang Mulia benarkah apa yang dikatakan yang mulia permaisuri. Saya tidak percaya dengan ramalan peramal itu, pastinya ada yang salah dengan hal ini. Hukuman sang ratu sangat berat. Ia baru saja melahirkan sang putri, kondisi yang mulia ratu masih dalam keadaan lemah.”
Permaisuri: ”saya tidak bisa berbuat apa – apa karena tetua sekarang ini lebih percaya pada peramal. Dan kekuasaan lebih condong pada selir chun myeong.”
Bidan : ”Yang mulia permaisuri, sekarang yang mulia ratu berada dimana?”
Permaisuri: ”pulau jeuju”
Bidan : ”Bisakah saya menemuinya?”
Permaisuri       : ”Tentu, saya juga ingin ke sana bu bidan. Namun kita harus bersikap seperti orang biasa.”
Bidan Deokman dan permaisuri menemui sang ratu. Sang ratu sedang menyusui sang putri.
Permaisuri: ”Anakku.”
Ratu    : ”Ibu”
Bidan : ”Yang mulia ratu sepertinya tidak dalam keadaan yang baik. Yang mulia ratu sangat pucat.”
Ratu : ”oh bu bidan, saya sedang tidak enak badan.”
Bidan : ”Bagaimana dengan putri?”
Ratu : ”dia begitu rewel, entahlah saya begitu tak tau apa yang terjadi dan harus berbuat apa.”
Bidan: ”Yang mulia ratu bisakah kita kedalam, saya ingin memeriksa yang mulia ratu.”
Setelah bidan memeriksa keadaan yang mulia ratu. Ternyata yang mulia ratu sakit...... bidan segera berdiskusi dengan ratu dan meminta permaisuri untuk memberitahukan kepada kerajaan bahwa ratu sedang sakit.

Bidan  : ” ”
Bidan: Yang mulia permaisuri. Maaf jika saya lancang mengutarakan permintaan saya ini. Tapi, bisakah saya hadir dalam pertemuan balai agung untuk menjelaskan bagaimana keadaan ratu saat ini.”
Permaisuri: ”Baik, bu bidan”
Permaisuri mengadakan pertemuan di balai istana untuk mengabarkan keadaan ratu. Bidan deokman diajak permaisuri untuk menjelaskan keadaan yang terjadi pada putri.
Bidan : yang mulia ratu sakit.... pada masa setelah melahirkan ...jam setelah persalinan atau nifas seorang ibu sangat membutuhkan pengertian dari keluarga(materi). Ratu tetaplah seorang ibu
Akhirnya ratu dibawa ke istana untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar